Menantu Perempuan vs Mertua Perempuan


Mengapa yang menjadi sorotan hanya menantu perempuan dan mertua perempuan? Hal ini disebabkan karena kasus-kasus yang sering terdengar biasanya lebih banyak melibatkan menantu perempuan dan mertua perempuan. Namun demikian, hal ini tentu tidak bisa diartikan bahwa menantu lelaki tidak pernah menghadapi masalah dengan mertua lelaki maupun mertua perempuan atau antara menantu perempuan dengan mertua lelaki.

Mengapa kita jarang mendengar (meskipun ada) masalah antara menantu lelaki dengan mertua perempuan, atau menantu perempuan dengan mertua lelaki, atau menantu lelaki dengan mertua lelaki? Pertanyaan ini mungkin dapat dijawab dengan argumentasi klasik bahwa lelaki dan perempuan pada dasarnya memang memiliki perbedaan. Menurut John Gray dalam bukunya "Men Are From Mars, Women Are From Venus", perbedaan mendasar antara lelaki dengan perempuan dapat digambarkan sebagai berikut:

Lelaki

  • Sense of self dinilai dari prestasi
  • Lebih berorientasi pada tugas
  • Mandiri
  • Minta bantuan dapat diartikan sebagai lemah
  • Fokus pada tujuan
  • Bersaing
  • Mengandalkan kemampuan analisis
  • Cara pikir Linear: fokus pada satu hal dalam satu waktu, dan terkotak-kotak
  • Bertindak
  • Merasa lebih baik dengan menyelesaikan masalahnya
  • Saat stress: cenderung menyibukkan diri dengan berbagai kegiatan atau menarik diri.
  • Kebutuhan utama: dihormati (dipercaya, diterima, dihargai, dikagumi, diteguhkan, didukung).
  • Kata-kata digunakan untuk menyampaikan fakta dan informasi

Perempuan

  • Sense of self dinilai dari kemampuan membina hubungan
  • Lebih berorientasi pada hubungan
  • Saling tergantung
  • Minta bantuan berart menghormati orang yang dimintai bantuan
  • Menikmati proses
  • Bekerjasama
  • Mengandalkan kemampuan intuisi
  • Multi-tasking: berkutat dengan hal-hal kecil dalam satu waktu, dan sambung-menyambung (seperti gulungan benang)
  • Berbicara
  • Merasa lebih baik dengan membicarakan masalahnya
  • Saat stress: semakin terlibat dengan orang lain, lebih banyak berbicara agar dapat didengarkan dan dimengerti
  • Kebutuhan utama: di-ayom-i (diperhatikan secara lembut, dimengerti, dihormati, dilindungi, diteguhkan, penghiburan).
  • Kata-kata merupakan sesuatu yang alami, sama halnya seperti bernafas

Dengan melihat beberapa perbedaan diatas, tentunya dapat dimengerti mengapa masalah menantu–mertua kebanyakan terjadi diantara kaum perempuan. Permasalahan yang terjadi seringkali cukup sulit diatasi, bahkan bagi mereka yang terlalu larut didalam masalah ini hubungannya dengan suami bisa menjadi rusak dan tidak mesra lagi. Apalagi jika suami tidak bisa menjadi pendamai karena merasa terjepit ditengah-tengah istri dan orangtua.

Apa yang Sebaiknya Anda Lakukan

Pada dasarnya penyelesaian suatu masalah pasti akan sangat tergantung pada diri individu itu sendiri. Dialah yang bertanggungjawab untuk menyelesaikan masalah yang sedang dihadapinya. Jika harus menunggu pihak lain maka tentu akan sulit mencari suatu penyelesaian. Bagi anda yang mungkin mengalami masalah dengan mertua atau menantu, ada baiknya anda mempertimbangkan beberapa saran berikut ini:



  • Mulailah berdamai dengan diri sendiri


Berdamai dengan diri sendiri artinya menciptakan suasana tenang dalam diri sendiri dan membuang berbagai pikiran negatif yang muncul. Adapun cara-cara yang bisa dilakukan adalah:

2. Interospeksi Diri

Setelah suasana hati menjadi lebih tenang dan dapat berpikir dengan lebih jernih, mulailah memeriksa diri mengapa masing-masing (mertua dan menantu) bersikap saling menyebalkan – terlepas dari apa yang dipermasalahkan. Tanyakan pada diri anda sendiri apakah selama ini anda selalu mencari pembenaran atas segala tindakan yang anda lakukan terhadap mertua/menantu daripada melihat suatu masalah secara obyektif? Tidak adakah hal-hal positif atau masa-masa indah yang telah dilalui bersama-sama? Apakah untung ruginya jika terus-terusan bermasalah dengan mertua/menantu?

Lakukan introspeksi diri secara mendalam. Ingatlah bahwa setiap perselisihan pasti melibatkan lebih dari satu orang dan dalam hal ini tidak ada yang tidak bersalah. Oleh karena itu, jika sebelumnya anda cenderung memikirkan setiap hal secara negatif dan selalu menyalahkan orang lain, cobalah sekarang belajar sedikit demi sedikit melihat permasalahan secara obyektif. Mulailah dengan mengubah pola pikir anda.

Ingatlah ungkapan yang mengatakan: "Change your thoughts and you change your world". Selain itu cobalah belajar untuk tidak menghakimi atau menilai orang lain dengan nilai-nilai yang ada dalam diri sendiri. Sebab jika cara seperti itu yang anda gunakan maka akan sulit bagi anda untuk memulai inisiatif penyelesaian masalah dengan mertua/menantu. Mother Teresa pernah mengatakan "If you judge people, you have no time to love them"

3. Mulailah belajar untuk memahami beberapa hal seperti:

  • Setiap keluarga mempunyai budayanya sendiri-sendiri, begitu juga antara menantu dan mertua memiliki budaya keluarga yang berbeda atau bertolak belakang. Yang dimaksud dengan budaya keluarga disini adalah aturan, didikan, kebiasaan-kebiasaan, dan nilai-nilai yang berlaku dalam suatu keluarga. Semua itu tentu saja membentuk karakter, sikap, dan pembawaan individu dalam kesehariannya dan dalam menghadapi masalah.
  • Meski dalam masyarakat kita ada pendapat bahwa bila sudah menikah dengan anaknya maka seorang menantu dianggap sebagai anak oleh sang mertua dan bila menikah dengan seseorang berarti menikah juga dengan keluarganya, namun hal itu tidak boleh dilihat secara mutlak dan terjadi secara instant. Dalam kenyataan, komunikasi antara menantu–mertua mungkin tidak akan sebebas antara anak–orangtua. Artinya ada hal-hal yang harus tetap dijaga oleh pihak menantu dalam berinteraksi dengan mertua dan sebaliknya. Dengan demikian kedua pihak tidak boleh saling memaksakan kehendak untuk diakui sebagai anak (bagi menantu) atau pun dianggap sebagai orangtua (bagi mertua). Haruslah disadari bahwa untuk sampai pada tahap seperti itu pasti dibutuhkan waktu untuk saling menyesuaikan diri dan saling memahami.
  • Sebagai individu yang tentu memiliki berbagai kekurangan, maka seorang menantu atau mertua tentu pernah melakukan kehilafan atau kesalahan dalam proses berinteraksi. Hal tersebut tentu tidak serta merta harus dilihat sebagai suatu ancaman atau serangan. Tindakan atau sikap yang salah tersebut jika ditelaah secara obyektif mungkin juga pernah ditunjukkan oleh orang tua sendiri (bagi menantu) atau anak sendiri (bagi mertua). Oleh karena itu, seorang menantu atau mertua harus mampu melihat dan memahami permasalahan secara obyektif.

4. Jangan mudah terpancing dengan informasi atau gosip yang diberikan oleh pihak ketiga.

Jika mendapat pengaduan dari pihak ketiga mengenai sang mertua/menantu – terlepas dari kepentingan si pihak ketiga – ingatlah bahwa besar kemungkinan ada kata-kata yang hilang atau ditambahkan yang menyebabkan sebuah informasi jadi melenceng dari maksud aslinya. Dalam menyikapi hal seperti ini maka alangkah baiknya jika informasi yang diterima langsung dikonfirmasikan ke pihak yang bersangkutan.

5. Jika anda membutuhkan orang lain untuk "curhat", maka pastikan orang tersebut benar-benar dapat dipercaya.

Jangan sampai apa yang anda sampaikan pada orang tersebut justru menyebar ke pihak lain. Jika memang anda tidak yakin untuk bisa mempercayai kerabat atau pun teman anda, maka carilah orang-orang yang memang memiliki kompetensi dalam membantu penyelesaian masalah anda. Orang-orang tersebut misalnya konselor perkawinan, psikolog maupun psikiater. Dengan melakukan curhat atau konsultasi pada orang-orang tersebut, maka semua rahasia anda pasti akan terjaga dengan baik. Selain itu anda pun akan dibantu dalam mencarikan solusi atas permasalahan yang sedang dihadapi.

PERKOKOH HUBUNGAN DENGAN MERTUA

Tahukah Anda bahwa hubungan yang baik dengan mertua juga merupakan salah satu kunci sukses perkawinan Anda? Jadi, teruslah belajar menyesuaikan diri di hadapan mereka. Berikut lima kiat memperkokoh hubungan dengan mertua :

  1. Nyatakan Secara Tertulis. Tulislah surat atau kirim kartu berisi ucapan terima kasih kepada mertua Anda, yang telah membentuk pribadi yang istimewa kepada diri pasangan Anda.
  2. Bersedia Membantu. Bila Anda berkunjung ke rumah mertua, perhatikan apakah ada sesuatu yang bisa Anda Bantu. Intinya, selalu cari cara untuk melayani mereka.
  3. Selalu Memberi Kabar. Kabari tentang prestasi atau kegiatan Anda, pasangan, dan anak-anak. Kakek/ nenek ini juga akan sangat senang mengumpulkan foto ataupun surat dari anak dan menantunya.
  4. Selalu Berkomunikasi. Bila Anda tinggal jauh dari mertua, jadwalkan untuk menghubungi mereka melalui telepon.
  5. Berterima kasih. Yang terpenting, jangan pernah lupa untuk berterima kasih kepada mertua Anda yang telah membesarkan seseorang yang istimewa, yaitu orang yang Anda nikahi!


Related Posts with Thumbnails

Informasi yang lain, ada di bawah ini...