Mendengkur atau snoring kerap diperbincangkan sebagai kebisingan yang mengganggu ketenangan tidur orang lain. Bagi si pendengkur, selain bikin malu, ngorok yang tidak segera diatasi bisa mengakibatkan terhentinya napas saat tidur (OSA), bahkan komplikasi beragam penyakit termasuk disfungsi seksual.
Padahal, mendengkur dan OSA dapat segera diatasi agar tidak semakin parah. "Diagnosis awal dilakukan melalui pemeriksaan anamnesis dengan mendengar keluhan dari teman tidur atau serumah terhadap bunyi dengkuran pasien yang sangat keras," kata spesialis THT dari Departemen THT FKUI RSCM Damayanti Soetjipto.
Selanjutnya, perlu dilakukan pemeriksaan THT pada pasien untuk mengetahui penyebab sumbatan saluran napas, antara lain dengan endoskopi hidung, memeriksa kondisi lidah, dan endoskopi tenggorok. Endoskopi hidung diperlukan untuk melihat penyebab sumbatan hidung, seperti tulang bengkok, konka besar, adenoid (amandel), adanya tumor, bisa juga karena peradangan mukosa seperti rinitis alergi, sinusitis dan polip.
Selanjutnya, perlu pemeriksaan saluran napas mulai dari level hidung sampai laring dengan naso laringoskopi serat optik. Pemeriksaan khusus juga bisa dilakukan dengan endoskopi tidur untuk mengkaji kualitas tidur dan pernapasan pasien. "Lokasi sumbatan penting diketahui karena terkait derajat berat atau ringannya OSA melalui pemeriksaan polisomnografi sehingga dapat ditentukan jenis terapi yang tepat bagi pasien," tutur spesialis THT, Syahrial.
Pasien dengan tingkat keparahan ringan bisa menjalani terapi nonbedah, seperti terapi perubahan perilaku, yakni menurunkan berat badan, tidur dengan posisi miring, berhenti merokok dan minum alkohol, menggunakan obat tidur, menghindari sumber alergen, seperti udara dingin dan paparan asap. Selain itu, hindari menyetir mobil dan mengoperasikan mesin karena berpotensi kecelakaan.
Terapi lain adalah medikamentosa dan menerapkan kebiasaan tidur sehat, seperti bangun pada jam sama, memelihara waktu tidur secara konsisten, relaksasi sebelum tidur, menjaga kamar tidur tenang dan dingin, latihan jasmani secara teratur. "Ada banyak obat antimendengkur berbentuk semprotan, pil, dan cairan, tetapi tidak terlalu signifikan dampaknya dan memiliki efek samping," kata Susyana Tamin dari Departemen THT FKUI RSCM.
Mereka yang memungkinkan menjalani terapi nonbedah dapat memakai continuous positive airway pressure (CPAP), berupa alat seperti topeng yang digunakan saat penderita beranjak tidur dalam jangka panjang. CPAP terbaru dapat menyesuaikan pola napas alami, ukurannya lebih kecil, lebih ringan, tidak berisik saat digunakan, dan mudah dikemas untuk dibawa bepergian.
Menurut pakar THT, Prof Bambang Hermani, tindakan medis pada lini pertama untuk mengatasi OSA adalah tekanan udara napas positif lalu penggunaan alat bantu, serta tindakan medis lanjutan seperti pemberian oksigen saat malam hari. Beberapa teknik bedah yang bisa dilakukan, antara lain, adalah uvolopalatopharyngoplasty (UPPP), laser assisted uvuloplasty (LAUP), radiofrekuensi konka inferior, bedah lidah dan prosedur maxilla mandibula.
Bagi orang dengan derajat dengkuran ringan, masalah ngorok bisa diatasi dengan prosedur implant pillar. Prosedur terapi ini merupakan operasi ringan dengan cara menyisipkan tiga implan yang disisipkan di bagian belakang langit-langit lunak rongga mulut. Manfaatnya, untuk mengurangi getaran jaringan lunak rongga mulut dan tenggorokan penyebab bunyi dengkuran.
Setelah disisipkan, ketiga implan yang terbuat dari polyester tephanat ini menyangga langit-langit lunak rongga mulut sehingga suara dengkur berkurang. "Dengan prosedur ini, fungsi bicara dan menelan tetap sama, dengkuran berkurang secara signifikan akibat kekakuan langit-langit lunak dan tidak mengangkat jaringan seperti operasi lain," tutur Damayanti.
Saat ini telah ada beberapa klinik khusus yang dapat memberikan layanan terapi untuk mengatasi masalah mendengkur dan OSA, antara lain RSCM dan RS Persahabatan Jakarta. "Pengetahuan sindrom henti napas saat tidur sangat penting untuk memperbaiki penampilan dan mencegah terjadi komplikasi," kata Syahrial.