Aktifitas fisik yang dilakukan secara rutin ternyata bisa membantu pasien tekanan darah tinggi menurunkan tingkat tekanan darahnya.
Hal ini dibuktikan dari sebuah studi terbaru yang memantau tekanan darah selama 24 jam, yang mengkonfirmasi bahwa gerak fisik bisa menurunkan tekanan darah pada penderita tekanan darah tinggi, sekalipun ketika mereka tengah menjalani pengobatan untuk mengatasi masalah itu.
Seperti yang dilaporkan dalam Clinical Journal of Sports Medinice, Dr. Domenico Di Raimondo dari Universitas degli Studi di Palermo, Italia, dan rekannya menyimpulkan hal tersebut setelah melakukan penelitian pada 168 pasien tekanan darah tinggi melalui program jalan-cepat selama enam pekan.
Untuk membuat studi makin memenuhi syarat, masing-masing peserta harus memiliki tekanan darah systolic (nomor bagian atas pada alat pengukur standard tekanan darah) dan diastolic (ukuran lebih rendah) antara 140 dan 159, serta 90 dan 99mmHg.
Selain itu, semua pasien juga menjalani pengobatan tekanan darah tinggi, tidak kelebihan berat badan dan tak memiliki penyakit yang membatasi gerak mereka.
Kegiatan jalan-cepat yang rata-rata dilakukan tiga kali dalam satu pekan akan dilaksanakan di bawah panduan ahli pengobatan tubuh yang berpengalaman.
Setelah program olahraga berjalan, rata-rata tekanan darah systolic turun dari 143,1 menjadi 135,5 mmHg. Pada saat yang sama, tekanan distolic turun dari 91,1 jadi 84,8 mmHg.
Bertolak belakang dengan laporan sebelumnya yang menyatakan bahwa olahraga menurunkan tekanan darah lebih besar terjadi pada perempuan dibandingkan pada pria, tidak ditemukan perbedaan jenis kelamin dalam studi ini.
Hasil tersebut mendukung pendapat bahwa olahraga merupakan bagian penting sebagai salah satu pengobatan pasien tekanan darah tinggi selain melalui terapi dan obat-obatan, demikian kesimpulan para peneliti yang dimuat dalam Clinical Journal of Sports Medicine, Mei 2006.