Secara umum, kegiatan laktasi di tempat kerja meliputi pengeluaran ASI, pengumpulan ASI perah, dan penyimpanan sementara. Juggling tugas-tugas kantor dengan kegiatan laktasi, jelas tidak semudah yang dibayangkan. Tetapi dengan ketekunan dan kesabaran, tanpa disadari, tahu-tahu anda sudah skillful. Percaya deh!
Sayangnya, tak semua ibu bekerja mendapat dukungan penuh –dari sisi komitmen, tempat, ataupun waktu- dari tempat kerjanya untuk melaktasi selama jam kantor. Ada ibu bekerja yang ’terpaksa’ melaktasi di tempat yang tidak sepenuhnya tertutup, misalnya di toilet, di cubicle masing-masing, atau di mushola. Dan tidak semua ibu merasa nyaman melaktasi dibawah pandangan ’aneh’ orang-orang. Kalau sekiranya anda berada dalam posisi tersebut, trik berikut ini patut anda coba.
Tips & trick melaktasi dengan aman, tanpa khawatir dilihat orang : Kenakan ”kemben” seperti yang digunakan untuk cream-bath di salon-salon. Dengan demikian, orang lain tidak akan melihat kalau anda sedang memompa/memerah ASI. Tak perlu waktu lama untuk membiasakan diri memerah di bawah ’kerudungan’ kemben, kok... (tips dari Anita, karyawan swasta, ibu dari 1 putri – Shaista )
Alat Bantu Worksite Lactation
Untuk mendukung worksite lactation, ada beberapa gadgets yang perlu anda siapkan :
Wadah ASI. Sebenarnya, untuk menyimpan ASI perah tidak perlu menggunakan wadah yang benar-benar khusus. Prinsipnya, yang penting wadah tersebut terbuat dari bahan non-toksik, bisa ditutup rapat, dan tahan panas (karena anda perlu mensterilkannya). Menurut Lalecheleague (sebuah organisasi laktasi internasional), tempat/wadah ASI yang recommended adalah :
• Botol beling/kaca/gelas
• Botol plastik keruh (polypropilene atau pp)
• Botol plastik bening (polycarbonate atau pc)
Botol gelas/kaca dinilai sebagai wadah yang paling baik. Selain tahan terhadap panas, juga karena lebih mudah membersihkan lemak ASI dari permukaan gelas/kaca. Lemak ASI cenderung lebih ’menempel’ pada permukaan plastik. Lalu, botol gelas seperti apa yang baik? Paling aman sih yang bening atau tidak berwarna, seperti botol salah satu minuman bervitamin C atau botol selai. Nah, sebaiknya anda mulai mencicil mengumpulkan botol-botol gelas jauh-jauh hari. Jangan mendadak. Beberapa klinik laktasi dan apotik di Jakarta memang ada yang menjual botol-botol gelas untuk wadah ASI. Tetapi seringkali supply-nya tidak memadai demand.....
Kalau mau menggunakan botol plastik sebagai wadah ASI, pilih yang berbahan pp (polypropilene) atau pc (polycarbonate), jangan yang terbuat dari jenis pe (polyethilene). Pilihlah yang tidak berwarna karena bahan plastik yang berwarna dikhawatirkan warnanya bisa luntur ketika botol dipanaskan. Botol-botol pp dan pc ini tidak sulit dicari, karena perlengkapan makan dan minum (botol, gelas, mangkuk, dll) khusus untuk bayi dan anak, biasanya dibuat dari pp atau pc. Secara fisik perbedaan pp dengan pc adalah dari tingkat kekeruhannya, plastik pp lebih keruh dari pc. Sedangkan contoh plastik pe, antara lain; kantong plastik biasa, kemasan air mineral. Perlu diperhatikan, kantong plastik biasa sangat tidak direkomendasikan sebagai wadah ASI, karena tipis sehingga mudah bocor dan mudah menyerap aroma/bau dari lingkungan sekitarnya. Di pasaran banyak dijual berbagai merk kantong khusus ASI. Biasanya, kantong ASI ini untuk sekali pakai. Harganya memang lumayan mahal, karena umumnya masih diimpor.
Bila anda ingin menggunakan botol susu sebagai wadah ASI, pilih yang memiliki penutup. Tutup ini dipasang ketika dot/rubber nipple tidak digunakan. Seumpama ada teman atau saudara menanyakan kado apa yang anda inginkan, tidak ada salahnya anda memilih botol susu. Percaya deh, anda akan membutuhkan banyak wadah untuk menyetok ASI.
Tas ASI. Untuk yang satu ini, anda dapat menggunakan tas khusus ASI, tersedia berbagai merk di pasaran, atau coolbox atau kontener plastik - dengan pegangan - yang biasa. Satu hal yang perlu anda ingat ketika hendak membeli tas ASI ataupun tas jenis lain (coolbox/kontener plastik), pastikan tas tersebut cukup besar untuk menyimpan pompa sekaligus beberapa wadah atau botol penyimpan ASI perah.
Ada satu benda yang harus ada dalam tas untuk menyimpan ASI ini, yakni bahan pendingin. Anda dapat menggunakan blue ice atau es batu biasa yang mudah dibeli dari warung-warung. Namun lebih disarankan untuk menggunakan blue ice, karena efek dinginnya lebih tahan lama. Blue ice adalah semacam jel yang terbungkus plastik anti bocor. Sebelum digunakan, harus didinginkan lebih dulu dalam frezeer selama beberapa jam (tergantung instruksi pada kemasan). Kalau anda membeli tas khusus ASI, biasanya sudah termasuk dengan blue ice (bahan pendingin). Tetapi blue ice ini juga dapat dibeli secara terpisah.
Sterilizer. Wadah ASI dan bagian pompa yang langsung terkena ASI, wajib disterilkan lebih dulu. Sterilizer – gadget khusus untuk sterilisasi – tentu saja membuat tugas yang satu ini menjadi lebih praktis. Meski demikian, keberadaan alat ini tidak mutlak ada. Tanpa sterilizer, anda masih dapat melakukan sterilisasi dengan cara ’biasa’ bukan? Alias merendam dalam air panas selama beberapa menit.
Karena ukuran sterilizer cukup besar, anda tak perlu membawa-bawanya ke kantor. Sterilkan bagian pompa dan wadah-wadah ASI yang akan anda bawa ke kantor, di rumah. Untuk wadah ASI, bawalah sebanyak berapa kali anda dapat memompa/memerah ASI selama di kantor. Namun, membawa 1 botol lebih untuk cadangan tentu lebih baik.
Tiap kali selesai memompa, segera cuci bersih bagian pompa yang terkena langsung dengan ASI, dan keringkan. Sebelum sesi memompa berikutnya, anda dapat merendam bagian pompa tersebut dalam air panas -dari water dispenser- selama + 10 menit. Tetapi kalau ternyata di kantor anda tidak tersedia dispenser, sepertinya anda perlu membeli teko listrik untuk merebus air. Sekarang ini banyak dijual teko listrik yang terbuat plastik, harganya pun terjangkau.
Breastpads. Gunanya untuk menyerap ASI yang merembes/keluar dari puting. Buat ibu bekerja, benda ini termasuk a must-have. Apalagi selama masa ASI eksklusif. Kalau tidak ada, wah…siap-siap saja bagian depan baju anda basah oleh ASI yang merembes. Di pasaran tersedia berbagai merk disposable breastpads. Karena perlengkapan ini termasuk yang paling sering dipakai, total biaya yang harus anda keluarkan ya...lumayan menguras kantong juga. Untuk menyiasatinya, pakai breastpads sekali pakai ketika di kantor atau kalau sedang bepergian. Di rumah, gunakan breastpads jenis cuci ulang. Atau, ikuti trick Sisi (working mom, ibu dari 2 putri – Naya & Sharla) ini; anda juga bisa memanfaatkan popok kain atau saputangan yang dilipat sebagai breastpads selama di rumah.
Pengeluaran ASI
Pengeluaran ASI secara tak langsung dapat dilakukan secara manual – dengan tangan – ataupun dengan bantuan pompa (manual atau elektrik).
Memerah Secara Manual : Menurut para pakar laktasi, memerah ASI dengan tangan lebih baik daripada menggunakan pompa. Selain lebih efektif mengosongkan payudara, juga gratis dan selalu siap digunakan. Prinsip pengeluaran ASI secara tak langsung, sama dengan menyusui. Yaitu, upayakan ASI yang ditampung mengandung foremilk (Asi awal, bening, encer dan mengandung protein tinggi) dan hindmilk (Asi akhir, lebih kental, putih, dan berkadar lemak tinggi). Untuk mengosongkan payudara secara sempurna, ketika memerah ASI mulailah dari payudara yang terakhir anda perah sebelumnya. Jadi, kalau sebelumnya anda terakhir memerah payudara kanan, maka pada pemerahan berikutnya mulailah dari payudara kanan lagi.
Tetapi untuk dapat memerah ASI – manually - dengan optimal, anda perlu menguasai teknik-teknik yang benar. Saat ini sudah banyak buku-buku bahkan audio video tentang teknik/tata laksana memerah ASI. Namun disamping berusaha secara otodidak, sebaiknya anda juga mengunjungi konsultan laktasi. Setidaknya, dengan berkonsultasi secara langsung anda dapat meminta sang konsultan untuk memeriksa apakah teknik anda sudah benar atau belum. Sebelum mulai memerah, perhatikan hal berikut ini :
• Cuci tangan sampai bersih, gunakan sabun.
• Relaks. Cobalah membayangkan si kecil (pandang fotonya kalau perlu....) atau mendengarkan musik, untuk merangsang let down reflex.
• Keluarkan sedikit ASI, oleskan pada puting. Lalu, mulailah memerah.
Memerah Dengan Pompa : Bagi anda yang tidak punya banyak waktu untuk memerah ASI, mungkin akan ’kerepotan’ kalau harus melakukannya secara manual alias dengan tangan. Untuk menghemat waktu anda dapat menggunakan bantuan pompa ASI. Keuntungan lainnya, karena pompa langsung menyambung dengan botol penampung ASI, maka tidak ada ASI yang terbuang selama pemerahan. Sementara, kekurangan memompa ASI adalah – selain dari anda harus membayar untuk itu – tidak dapat benar-benar mengosongkan payudara. Karenanya, tiap kali selesai memompa anda dianjurkan memerah dengan tangan, untuk mengeluarkan sisa ASI yang masih ada di kedua payudara anda.
Pompa ASI tersedia dalam 2 jenis, yaitu : pompa piston dan pompa elektrik. Pompa piston digerakkan oleh tangan, karenanya sering juga disebut pompa manual. Harganya jauh lebih murah dari pompa elektrik. Pompa elektrik digerakkan oleh tenaga listrik atau baterai. Harganya jauh lebih mahal dari pompa piston. Tetapi menurut para pakar laktasi, pompa listrik memberikan rangsangan lebih baik terhadap puting, serta lebih efektif mengosongkan payudara lebih baik ketimbang pompa piston.
Tips & trick memilih pompa piston : Pilih pompa yang langsung terhubung dengan botol/wadah penampung ASI perah. Jangan pilih pompa yang memiliki bulb (semacam leher gembung untuk menampung ASI), karena sulit membersihkan/mensterilkan bagian bulb tersebut.
Sebelum memompa ASI, pastikan anda mencuci tangan sampai bersih. Lalu bagian pompa yang langsung terkena ASI, seperti corong dan botol, disterilkan terlebih dulu. Setelah selesai memompa, cuci corong pompa dengan sabun, lalu bilas sampai benar-benar bersih.
Biasanya sewaktu anda memerah ASI dari satu payudara, payudara yang satunya lagi juga meneteskan ASI. Biar ngga mubazir, tampung juga ASI yang menetes itu.
Tips & trick menampung ASI perah : 1) Lebih enak menampung ASI dengan wadah yang bermulut lebar (seperti mug, atau gelas plastik bertutup), supaya tidak ada ASI yang terbuang-buang sewaktu anda memerahnya.
2) ASI hasil perahan/pemompaan dari payudara kanan dan kiri dapat digabung. Kalau ingin dipisah, pastikan setiap wadah mendapatkan foremilk dan hindmilk.
3) Hasil beberapa kali sesi pemerahan dapat disatukan, asalkan jarak antar sesi tersebut tidak lebih dari 24 jam. Setelah sampai di rumah, segera bagi ASI ke dalam wadah-wadah yang lebih kecil.
Penyimpanan ASI Selama di Kantor
• Simpan ASI di bagian dalam lemari es, bukan di bagian rak yang menempel di pintu. Mengapa demikian? Karena pintu lemari es sering dibuka-tutup, dan ini menyebabkan suhu di bagian tersebut tidak stabil.
• Jangan lupa mencantumkan tanggal dan jam pemerahan pada setiap wadah ASI. Karena biasanya lemari es di kantor adalah ‘milik’ bersama, pastikan juga anda menuliskan nama anda pada wadah ASI anda.
• Apabila -selama di kantor- anda menyimpan ASI perah dari semua sesi pemompaan/pemerahan dalam satu wadah, maka waktu/jam yang diperhitungkan adalah jam/waktu dari sesi pemerahan yang paling awal.
• Apabila di kantor anda tidak tersedia lemari es, atau tidak ada lemari es yang dapat anda gunakan untuk menyimpan ASI, simpan saja ASI perah anda dalam tas ASI. Untuk menjaga suhu ASI perah, anda dapat menggunakan es batu dari warung. Hanya saja kalau anda menggunakan es batu, anda harus rajin mengganti dengan es yang baru sebelum es yang lama mencair (bisa setiap 1 atau 2 jam sekali, tergantung suhu ruangan anda dan kemampuan tas ASI anda untuk menahan dingin).
Menjaga Supply ASI Perah
Masalah klasik yang dihadapi oleh ibu bekerja yang menyusui adalah stok ASI perah. Tidak sedikit ibu yang harus kejar setoran untuk menyetok ASI. Belum lagi tekanan pekerjaan di kantor. Walaupun sebelum kembali ngantor, anda sudah memberitahu si bos bahwa anda harus memerah ASI setiap 3 jam sekali, tapi terkadang –apalagi ketika kerjaan sedang padat- anda kesulitan untuk memenuhi jadwal memerah. Gambaran tersebut baru sebagian kecil ‘kerikil-kerikil’ yang dihadapi oleh breastfeeding-working-mom. Menyusui sambil tetap bekerja penuh waktu memang tricky dan memerlukan tekad serta usaha keras dari anda. Tapi.., tak perlu merasa discouraged...! Anda tak sendiri dalam hal ini. Ada banyak ibu bekerja yang juga menyusui dapat anda ajak untuk berdiskusi, dimintai saran/pendapat, atau bahkan sekedar untuk mengeluarkan uneg-uneg, secara offline maupun online.
Anda memang tidak dapat sepenuhnya menghindari semua masalah yang mungkin muncul, kecuali anda peramal!. Tetapi dengan melakukan beberapa langkah antisipasi, setidaknya anda dapat meminimalkan dampak dari masalah tak terduga yang muncul.
• Jangan ragu-ragu untuk menemui ahlinya (pakar laktasi), apabila anda menemui kesulitan. Sedikit apapun kesulitan itu!
• Buat persediaan ASI perah jauh-jauh hari sebelum waktunya kembali kerja. Setidaknya 2 minggu sebelum kembali bekerja, anda mulai membuat stok ASI perah. Langkah ini bukan semata-mata untuk menyetok ASI, tapi juga menjadi ajang latihan memerah/memompa ASI bagi anda. Dengan demikian, anda tidak kaku lagi ketika nanti memerah/memompa di kantor.
• Selama anda bekerja (di kantor), usahakan jangan memberikan sufor kepada si kecil karena hal itu akan membuatnya merasa terlalu kenyang sehingga ketika anda sampai rumah ia kurang antusias menyusu.
• Jangan kaget bila bayi anda lebih sedikit minum di siang hari, dia akan mengkompensasinya ketika anda pulang (lakukan reversed cycling nursing).
• Sebelum berangkat kerja, susui si kecil sampai ia puas. Begitu juga ketika anda pulang, segera susui dia secara langsung.
• Selama anda di rumah – ketika masih cuti ataupun saat akhir pekan– jangan berikan bayi ASI perah, susui langsung saja.
• Idealnya, ASI harus diperah/dipompa sesuai jadual menyusu bayi, yakni setiap 3-4 jam sekali (lebih baik lagi kalau bisa 2 jam sekali). Tujuannya adalah untuk mengusahakan tingkat produksi ASI seoptimal mungkin, seperti kalau bayi menyusu langsung. Cobalah berdiskusi dengan bos anda untuk mendapatkan win-win solution. Misalnya, anda pulang lebih lambat dari biasanya untuk mengkompensasi waktu yang anda gunakan untuk melaktasi selama jam kerja.
• Sesampainya di rumah, bagilah ASI perah ke dalam wadah yang lebih kecil. Simpan ASI dalam jumlah/volume sekali minum si kecil. Atau, lebih sedikit juga tak apa-apa. Menyimpan atau membekukan ASI dalam jumlah sedikit lebih menguntungkan. Selain lebih mudah dan cepat untuk mencairkannya, kita hanya mencairkan sejumlah yang dibutuhkan. Ingat, ASI beku yang sudah dicairkan tidak boleh dibekukan lagi karena akan merusak nutrisi yang ada dalam ASI.
• Pakar laktasi menganjurkan untuk tidak memberikan ASI perah kepada bayi dengan menggunakan dot/botol, karena dikhawatirkan si kecil bisa bingung puting. Berikan ASI perah dengan menggunakan sendok. Tetapi kenyataannya, tiap bayi itu tidak sama. Ada yang oke-oke saja minum ASI dengan menggunakan sendok, tapi ada juga bayi yang baru mau minum ASI perah lewat dot. Kalaupun anda terpaksa menggunakan botol/dot, lakukan setelah bayi berusia 2 bulan. Pada usia ini (< 2 bulan) bayi sudah mendapatkan pola menyusu yang stabil dan dia sudah relatif pintar membedakan puting ibu dengan puting ’palsu’ alias dot.
Produk CNI yang bisa membantu meningkatkan kualitas ASI yaitu:
• CNI Sun Chlorella 3X5 tab/hari
• CNI Ester-C Plus 2X1 tab/hari
• CNI Marine Organic Calcium 3X1 tab/hari (diminum setelah makan)
Produk CNI adalah “Produk Kualitas Menengah Atas, Harga Menengah Bawah”