Oleh: Susilowati Tana
alam Konferensi Reproductive and Sexual Health (second APCRSH) ke-2 di Bangkok 6 - 10 Oktober 2003 bertema “Moving Into Action: Realizing Reproductive and Sexual Health and Rights in the Asia Pacific Region” lalu, isu politik global dan epidemic AIDS juga dibicarakan. Menurut professor Dennis Altman dari AIDS Society of Asia and the Pacific, saat ini jumlah orang yang terinfeksi HIV/AIDS di seluruh dunia adalah sekitar 42 juta. 36,6 juta berusia dewasa dan diantaranya, 19,2 juta yang terinfeksi adalah perempuan. Anak-anak dibawah 15 tahun yang hidup dengan HIV/AIDS di seluruh dunia adalah 3,2 juta. Jumlah infeksi baru HIV/AIDS pada tahun 2002 adalah 5 juta, 4,2 juta berusia dewasa dan diantaranya 2 juta adalah perempuan. 800.000 anak-anak terinfeksi baru oleh virus ini.
Pentingnya isu AIDS di dunia ditunjukkan oleh besarnya kematian akibat AIDS. Kematian akibat AIDS pada tahun 2002 adalah 3,1 juta, pada orang dewasa 2,5 juta dan diantaranya sebanyak 1,2 juta adalah perempuan. Dari 14.000 infeksi baru pada tahun 2002, lebih dari 95% berasal dari negara-negara sedang berkembang. 2000 orang adalah anak-anak dibawah 15 tahun dan sekitar 12.000 pada usia antara 15 – 49 tahun, dan hampir 50% nya adalah perempuan. Terdapat 610.000 anak dibawah 15 tahun mati karena AIDS. Dari 14.000 infeksi baru pada tahun 2002, lebih dari 95% berasal dari negara-negara sedang berkembang. 2000 orang adalah anak-anak dibawah 15 tahun dan sekitar 12.000 pada usia antara 15 – 49 tahun, dan hampir 50% nya adalah perempuan.
Di seluruh dunia, diperkirakan orang yang hidup dengan HIV/AIDS pada akhir tahun 2002 adalah sebagai berikut :
• 29,9 juta di Sub Saharan Afrika
• 6 juta di Asia Selatan dan Asia Tenggara
• 1,5 juta di Latin Amerika
• 1,2 juta di Asia Timur dan Pasifik
• 1,2 juta di Eropa Timur dan Asia Tengah
• 980.000 di Amerika Utara
• 570.000 di Eropa Barat
• 550.000 di Afrika Utara
• 440.000 di Karibia
• 15.000 di Australia dan New Zealand
Dari 42 juta orang yang saat ini terinfeksi oleh HIV virus, 5 – 6 juta membutuhkan pengobatan antiretroviral segera karena seriusnya penyakit yang mereka derita. Saat ini, hanya 300.000 orang saja di negara-negara berkembang yang mendapatkan obat antiretroviral ini. Di Afrika, kurang dari 50.000 orang memiliki akses pada obat retroviral.
Di konferensi ini, dinyatakan bahwa Epidemi AIDS memerlukan Global Action karena meningkatnya prevalensi HIV positif di beberapa negara seperti China, India dan Rusia secara pesat, termasuk di Indonesia. Percepatan ini sebenarnya bisa diperlambat namun dibutuhkan komitmen global untuk mobilisasi sumber daya serta komitmen politis untuk menjamin akses pada usaha-usaha pencegahan, pengobatan dan perawatan bagi penderita AIDS. Sebenarnya respon politis terhadap epidemi AIDS dimulai pada tahun 1986 yaitu WHO dengan program globalnya tentang AIDS, disusul oleh UNAIDS pada tahun 1996, Security Council Debate pada tahun 2000, General Assembly Debate (UNGASS) pada tahun 2001 dan Global Fund to Fight AIDS, Tuberkulosa dan Malaria.
Pada bulan September 2003 di New York, WHO menyatakan bahwa kegagalan untuk menyediakan pengobatan antiretroviral bagi jutaan penderita AIDS yang membutuhkannya adalah suatu masalah global. Sekitar 6 juta orang yang terinfeksi HIV di negara-negara berkembang membutuhkan pengobatan antiretroviral, namun kurang dari 300.000 yang mampu mendapatkannya. Di Sub Saharan Afrika, dimana banyak orang membutuhkan obat ini, hanya 50.000 orang yang mampu memperolehnya.
“Untuk menyediakan pengobatan antiretroviral pada jutaan orang yang membutuhkannya, kita harus mengubah pola pikir dan metode kerja selama ini”, kata Dr. Lee Jong Wook, direktorat jendral di WHO. Metode kerja ‘business as usual’ yaitu hanya melihat saja ribuan orang berguguran setiap hari tidak akan efektif.
WHO akan mendukung negara-negara dengan beban HIV/AIDS melalui pengembangan petunjuk teknis yang sederhana, kombinasi dosis yang tetap, pemeriksaan laboratorium dasar dan skema regimen yang lebih sederhana. Selain itu akan dibentuk suatu Fasilitas Obat dan Diagnosa AIDS pada lingkup global yang akan membantu negara-negara berkembang mendapatkan obat anti retroviral yang bermutu. Selain itu juga diperlukan pelatihan bagi tenaga kesehatan dan advocacy agar terjadi mobilisasi sumber daya internasional dan nasional. Bekerja sama dengan UNAIDS, WHO mempunyai target untuk dapat menyediakan obat-obatan antiretroviral pada 3 juta orang pada akhir tahun 2005.
Dr. Peter Piot, direktur eksekutif UNAIDS menyatakan “Skala kedaruratan pengobatan HIV tidak boleh diremehkan: Sekitar 99% dari pengidap HIV positif yang membutuhkan pengobatan HIV di Sub Saharan Afrika tidak mendapatkannya. Padahal, pengobatan AIDS adalah komitmen jangka panjang dan bukan ‘one shot’ action. Oleh karena itu, kita membutuhkan peningkatan sumber daya dan komitmen politis termasuk dari negara-negara itu sendiri pada pengobatan dan juga pencegahan HIV/AIDS”
Bersama-sama UNAIDS dan partner lain, WHO meminta pemerintah, donor, organisasi internasional, organisasi non pemerintah, orang dengan HIV/AIDS dan industri untuk bersama-sama menjamin jutaan orang yang membutuhkan obat antiretroviral agar dapat memperolehnya. Biaya untuk memproduksi obat antiretroviral akan terus diturunkan agar obat ini dapat tersedia di beberapa negara miskin di dunia.
Bagaimana sikap kita?
Produk CNI yang bisa membantu mengatasinya yaitu:
• CNI Sun Chlorella 3X5 tab/hari
• CNI Ester-C Plus 2X1 tab/hari
• CNI Marine Organic Calcium 3X1 tab/hari (diminum setelah makan)
• CNI Lyophilized Royal Jelly 2x1 tab/hari
Produk CNI adalah “Produk Kualitas Menengah Atas, Harga Menengah Bawah”
Untuk pemesanan PRODUK CNI segera hubungi: ANDY SUBANDONO Telp. 031-70520708, HP. 081 5506 4444
alam Konferensi Reproductive and Sexual Health (second APCRSH) ke-2 di Bangkok 6 - 10 Oktober 2003 bertema “Moving Into Action: Realizing Reproductive and Sexual Health and Rights in the Asia Pacific Region” lalu, isu politik global dan epidemic AIDS juga dibicarakan. Menurut professor Dennis Altman dari AIDS Society of Asia and the Pacific, saat ini jumlah orang yang terinfeksi HIV/AIDS di seluruh dunia adalah sekitar 42 juta. 36,6 juta berusia dewasa dan diantaranya, 19,2 juta yang terinfeksi adalah perempuan. Anak-anak dibawah 15 tahun yang hidup dengan HIV/AIDS di seluruh dunia adalah 3,2 juta. Jumlah infeksi baru HIV/AIDS pada tahun 2002 adalah 5 juta, 4,2 juta berusia dewasa dan diantaranya 2 juta adalah perempuan. 800.000 anak-anak terinfeksi baru oleh virus ini.
Pentingnya isu AIDS di dunia ditunjukkan oleh besarnya kematian akibat AIDS. Kematian akibat AIDS pada tahun 2002 adalah 3,1 juta, pada orang dewasa 2,5 juta dan diantaranya sebanyak 1,2 juta adalah perempuan. Dari 14.000 infeksi baru pada tahun 2002, lebih dari 95% berasal dari negara-negara sedang berkembang. 2000 orang adalah anak-anak dibawah 15 tahun dan sekitar 12.000 pada usia antara 15 – 49 tahun, dan hampir 50% nya adalah perempuan. Terdapat 610.000 anak dibawah 15 tahun mati karena AIDS. Dari 14.000 infeksi baru pada tahun 2002, lebih dari 95% berasal dari negara-negara sedang berkembang. 2000 orang adalah anak-anak dibawah 15 tahun dan sekitar 12.000 pada usia antara 15 – 49 tahun, dan hampir 50% nya adalah perempuan.
Di seluruh dunia, diperkirakan orang yang hidup dengan HIV/AIDS pada akhir tahun 2002 adalah sebagai berikut :
• 29,9 juta di Sub Saharan Afrika
• 6 juta di Asia Selatan dan Asia Tenggara
• 1,5 juta di Latin Amerika
• 1,2 juta di Asia Timur dan Pasifik
• 1,2 juta di Eropa Timur dan Asia Tengah
• 980.000 di Amerika Utara
• 570.000 di Eropa Barat
• 550.000 di Afrika Utara
• 440.000 di Karibia
• 15.000 di Australia dan New Zealand
Dari 42 juta orang yang saat ini terinfeksi oleh HIV virus, 5 – 6 juta membutuhkan pengobatan antiretroviral segera karena seriusnya penyakit yang mereka derita. Saat ini, hanya 300.000 orang saja di negara-negara berkembang yang mendapatkan obat antiretroviral ini. Di Afrika, kurang dari 50.000 orang memiliki akses pada obat retroviral.
Di konferensi ini, dinyatakan bahwa Epidemi AIDS memerlukan Global Action karena meningkatnya prevalensi HIV positif di beberapa negara seperti China, India dan Rusia secara pesat, termasuk di Indonesia. Percepatan ini sebenarnya bisa diperlambat namun dibutuhkan komitmen global untuk mobilisasi sumber daya serta komitmen politis untuk menjamin akses pada usaha-usaha pencegahan, pengobatan dan perawatan bagi penderita AIDS. Sebenarnya respon politis terhadap epidemi AIDS dimulai pada tahun 1986 yaitu WHO dengan program globalnya tentang AIDS, disusul oleh UNAIDS pada tahun 1996, Security Council Debate pada tahun 2000, General Assembly Debate (UNGASS) pada tahun 2001 dan Global Fund to Fight AIDS, Tuberkulosa dan Malaria.
Pada bulan September 2003 di New York, WHO menyatakan bahwa kegagalan untuk menyediakan pengobatan antiretroviral bagi jutaan penderita AIDS yang membutuhkannya adalah suatu masalah global. Sekitar 6 juta orang yang terinfeksi HIV di negara-negara berkembang membutuhkan pengobatan antiretroviral, namun kurang dari 300.000 yang mampu mendapatkannya. Di Sub Saharan Afrika, dimana banyak orang membutuhkan obat ini, hanya 50.000 orang yang mampu memperolehnya.
“Untuk menyediakan pengobatan antiretroviral pada jutaan orang yang membutuhkannya, kita harus mengubah pola pikir dan metode kerja selama ini”, kata Dr. Lee Jong Wook, direktorat jendral di WHO. Metode kerja ‘business as usual’ yaitu hanya melihat saja ribuan orang berguguran setiap hari tidak akan efektif.
WHO akan mendukung negara-negara dengan beban HIV/AIDS melalui pengembangan petunjuk teknis yang sederhana, kombinasi dosis yang tetap, pemeriksaan laboratorium dasar dan skema regimen yang lebih sederhana. Selain itu akan dibentuk suatu Fasilitas Obat dan Diagnosa AIDS pada lingkup global yang akan membantu negara-negara berkembang mendapatkan obat anti retroviral yang bermutu. Selain itu juga diperlukan pelatihan bagi tenaga kesehatan dan advocacy agar terjadi mobilisasi sumber daya internasional dan nasional. Bekerja sama dengan UNAIDS, WHO mempunyai target untuk dapat menyediakan obat-obatan antiretroviral pada 3 juta orang pada akhir tahun 2005.
Dr. Peter Piot, direktur eksekutif UNAIDS menyatakan “Skala kedaruratan pengobatan HIV tidak boleh diremehkan: Sekitar 99% dari pengidap HIV positif yang membutuhkan pengobatan HIV di Sub Saharan Afrika tidak mendapatkannya. Padahal, pengobatan AIDS adalah komitmen jangka panjang dan bukan ‘one shot’ action. Oleh karena itu, kita membutuhkan peningkatan sumber daya dan komitmen politis termasuk dari negara-negara itu sendiri pada pengobatan dan juga pencegahan HIV/AIDS”
Bersama-sama UNAIDS dan partner lain, WHO meminta pemerintah, donor, organisasi internasional, organisasi non pemerintah, orang dengan HIV/AIDS dan industri untuk bersama-sama menjamin jutaan orang yang membutuhkan obat antiretroviral agar dapat memperolehnya. Biaya untuk memproduksi obat antiretroviral akan terus diturunkan agar obat ini dapat tersedia di beberapa negara miskin di dunia.
Bagaimana sikap kita?
Produk CNI yang bisa membantu mengatasinya yaitu:
• CNI Sun Chlorella 3X5 tab/hari
• CNI Ester-C Plus 2X1 tab/hari
• CNI Marine Organic Calcium 3X1 tab/hari (diminum setelah makan)
• CNI Lyophilized Royal Jelly 2x1 tab/hari
Produk CNI adalah “Produk Kualitas Menengah Atas, Harga Menengah Bawah”
Untuk pemesanan PRODUK CNI segera hubungi: ANDY SUBANDONO Telp. 031-70520708, HP. 081 5506 4444