Chikungunya adalah penyakit mirip flu dengan gejala demam, radang tenggorokan, disertai bintik-bintik merah di kulit. Kemudian diikuti gejala yang khas, yakni radang persendian, kadang-kadang terjadi pendarahan ringan. Penyakit ini tidak fatal tapi mengakibatkan kelumpuhan sementara akibat rasa sakit pada persendian. Chikungunya pada umumnya berlangsung selama 3-7 hari, tetapi gejala sakit persendian mungkin masih terasa dalam waktu yang lebih lama. Pengobatan penyakit bersifat simptomatis dan sportif.
Nama Chikungunya berasal dari bahasa Swahili (Afrika) yang berarti “Membengkok” seperti penderita cikungunya yang membungkuk dan menekuk anggota badannya karena sakit akibat radang persendian. Penyebab chikungunya adalah virus Chikungunya (CHIKV) yang termasuk kelompok alphavirus dari famili togaviridae. Penyakit-penyakit yang disebabkan alphavirus dapat dikelompokan menjadi dua jenis : Pertama, virus-virus penyebab radang otak, yakni EEV (Berasal dari Jepang dan terbawa ke Amerika melalui Aedes Albopicyus yang ikut diimpor dalam ban-ban mobil. WEE, VEE, dan EVE yang semuanya endemik di benua Amerika. Kedua, virus-virus penyebab radang persendian.
Chikungunya (ditemukan di Afrika dan Asia, khususnya Asia Tenggara yang sering mengakibatkan ledakan wabah), o’nyong-nyong (berarti sendi melemah), hanya ditemukan di Afrika, ditularkan oleh An. Gambiae dan An. Funestus, Ross River dan Barmah Forest (Australia), Ockelbo (Swedia dan Rusia), Sindbis (Afrika, Mesir, India, Malaysia, tidak tertutup kemungkinan di Indonesia, penularannya bisa oleh burung), Mayaro (Amerika Tengah dan Selatan) dan Semliki Forest. CHIKV merupakan virus RNA berhelai tunggal (single stranded), berselubung dan berbentuk simetris icosahedral dengan diameter 60-65 nm. Seperti halnya demam berdarah dengue (termasuk flavirus dari famili flaviriddae), Chikungunya ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti. Di Afrika, virus tersebut juga dapat ditularkan oleh Aedes africanus.
Wabah yang terus melanda masyarakat di Indonesia ini, khususnya Jawa pada saat ini, belum cukup berhasil memerangi populasi nyamuk Aedes aegypti, walaupun gerakan PSN (Pemberantasan Sarang Nyamuk) sudah dicanangkan dan ditangani lintas sektor. Sebagaimana pola pikir “musuh saya adalah diri saya sendiri”. Diperlukan motivasi yang kuat berdasarkan visi bersama untuk membebaskan diri dari nyamuk yang menularkan CHIKV dan DENGV (Dengue virus) tersebut. Pertama dilaporkan tahun 1937 di Samarinda, Kalimantan Timur, Chikungunya terus menerus mengancam penduduk di Indonesia, khususnya di wilayah perkotaan dan sub urban.
Sedangkan tahun 2002-2003 penyakit Chikungunya telah melumpuhkan banyak warga di Bantul, Gunungkidul, Kodya Yogyakarta, Sleman, Klaten dan Purworejo. Tahun 2004 ini Chikungunya belum berhenti mendera penduduk DIY. Kepemimpinan yang kuat, dengan strategi yang keratif, diperlukan untuk mengubah perilaku masyarakat dan merekayasa perubahan sosial dalam mencegah berkembang-biaknya Aedes aegypti disekitar kita. Makna kepemimpinan tidak bertumpu semata-mata pada pejabat di sektor kesehatan, tetapi termasuk siapa saja, di sektor publik maupun swasta, yang mampu merancang rekayasa sistem sosial dan teknis untuk membasmi nyamuk, menggerakkan masyarakat, memobilisasi sumber daya secara efisien dan siap mempelajari dinamika perubahan dalam lingkungan masyarakat yang kompleks.
sumber: dr. Hari Kusnanto
Produk CNI yang bisa membantu mengatasi penyakit Chikungunya yaitu:
• CNI Sun Chlorella 3X5 tab/hari
• CNI Ester-C Plus 2X1 tab/hari
• Jangan lupa untuk menetralisir minum air degan hijau
Produk CNI adalah “Produk Kualitas Menengah Atas, Harga Menengah Bawah”